Senin, 27 September 2010

Babylonia

Ahli astronomi bangsa Babylonia telah lama dikenal unggul di dunia peradaban kuno. Beberapa ribu tahun sebelum Copernicus, mereka telah menyadari bahwa bumi dan planet-planet lain berbentuk bulat dan bahwa mereka berputar mengelilingi matahari. Dengan pengetahuan ini mereka dapat secara akurat memprediksi gerhana matahari dan bulan. Banyak pelajar modern berasumsi bahwa bangsa Babylonia membangun ilmu astronomi mereka sendiri, untuk memenuhi kebutuhan akan perhitungan yang akurat dari ilmu astrologi mereka yang kompleks. Secara mengejutkan, hasil terjemahan teori bangsa Babylonia baru-baru ini mengindikasikan bahwa posisi dan pergerakan dari bintang dan planet dihitung berdasarkan persamaan yang kompleks dari peradaban Bangsa Sumeria. Bangsa babylonia nampaknya tidak memiliki pemahaman tentang teori dasar dari formula ini, hanya mengetahui bagaimana menggunakannya saja.

Bangsa Sumeria bahkan memiliki ilmu pengetahuan yang lebih tepat mengenai sistem solar dan posisinya di semesta daripada mewarisi Bangsa babylonia yang mendahului mereka. Penanggalan mereka direncanakan kurang lebih awal tahun 3000SM. Apakah model tersebut untuk penanggalan saat ini, dan mereka terbukti mengerti beberapa masalah astronomi yang lebih rahasia.

Misalnya tentang rotasi bumi, perputarannya bergoyang tidak selalu tepat pada porosnya, hal ini menyebabkan pergeseran secara perlahan-lahan -1 derajat setiap 72 tahun- mempengaruhi arah sumbu utara bumi. Fenomena ini dinamakan perputaran gasing. Great Year- atau waktu yang dibutuhkan sumbu utara-selatan bumi sampai ke tempatnya semula - adalah 25.921 tahun, dihitung dengan mengalikan waktu 72 tahun yang dilewati untuk bergeser di masing-masing derajat dengan 360 derajat pada perputaran penuh. Bangsa Sumeria mengerti tentang perputaran gasing ini dan mengetahui seberapa panjang Great Year – pekerjaan yang luar biasa, telah memberikan pengamatan sangat panjang yang rumit dan peralatan yang memadai.

Bangsa Sumeria juga mampu mengukur jarak antar bintang dengan sangat tepat. Namun bagaimana mungkin manusia pra teknologi mempelajari batas-batas bumi, dan bahkan lebih misterius, mengapa? Seperti juga peta bintang-bintang yang jelas-jelas sesuatu hal yang dibutuhkan bagi penjelajah luar angkasa, namun untuk apa bangsa Sumeria membuatnya?

http://i407.photobucket.com/albums/pp156/puskuning/AstronomiBabylonia.jpg

update list

- Babylonia
- Mitos dan Kebenaran
- Babylon dan Sindrom Menara Babel
- Tradisi Babylonia Kuno yang Mewabah


siapin kopi....rokok....cemilan...lalu...
SELAMAT MENIKMATI

muhun maaf kalo repost
puskuning
17-12-08, 21:44
Mitos dan Kebenaran

Sejarah 3000 tahun Babylonia dan kebudayaan negeri Barat
Berlokasi di Museum Island, museum Berlin Pergamon adalah salah satu museum terkenal yang banyak di kunjungi oleh turis yang berkunjung di kota tersebut. Menggelar pameran “Babylonia – Mitos dan Kebenaran”, suatu proyek komunitas dunia.

Benda-benda berharga tersebut milik Museum Pergamon, sebagaimana juga artifak berharga lainnya yang dipinjam dari museum-museum lain, juga ikut dipamerkan dalam pameran ini, termasuk dari Louvre di Paris, British Museum di London dan Stattliche Museum di Berlin.

Pengunjung banyak berdatangan. Setelah melewati pintu depan Ischtar yang sangat mengesankan, mereka memandang lepas jalannya prosesi Babylonia sepanjang 30 meter dan memulai penjelajahan ke dunia lain.

Tema bagian pertama adalah “Realitas”. Lebih dari 800 obyek budaya mengundang pengunjung untuk mengetahui budaya Babylonia, salah satu kebudayaan kuno di Asia timur yang terkenal.

Obyek budaya tersebut di bagi dalam 10 topik yang berbeda, seperti patung, relief, sesaji upacara keagamaan, potongan karya arsitektur, kitab suci bangsa Babylonia dan berbagai macam perkakas kebudayaan kuno.

Penguasa Babylonia
Saat memasuki seksi yang berjudul “Kerajaan”, pengunjung diajak untuk mempelajari para penguasa Babylonia, dimulai dengan Hammurabi (1792 – 1750 SM) raja Babylonia ke-6. Setelah memegang kekuasaan selama 30 tahun, Hammurabi melalui kampanye militernya berhasil menyatukan sejumlah kerajaan yang ada di sekitar wi-layahnya dan menjadi raja pertama dalam Kekaisaran Babylonia.

Hammurabi boleh jadi sangat menguasai pengembangan bidang hukum selama ia berkuasa dan dikenal dengan Kode Hammurabi. Kode ini mengedepankan prinsip “Mata dibalas mata, gigi dibalas gigi”. Ini merupakan kode hukum yang paling tua dan paling komplit dari zaman kuno. Tertera di atas kolom setinggi 2,25 meter, namun juga tersedia salinannya yang ditempatkan setinggi mata agar lebih jelas untuk mengamati.

Babylonia berkembang menjadi sebuah kekuatan yang sangat berpengaruh di Asia Timur kuno melalui cara kampanye militernya. Pada bagian dalam pameran ini juga memperlihatkan informasi sejarah pasca Babylonia atau para penguasa Chaldean.

Pajangan berikutnya menyajikan tentang dunia arsitektur, religi, perundangundangan dan hukum, aktivitas bisnis, kehidupan sehari-hari dan juga tempat suci Babylonia, yang selanjutnya menye-diakan pengunjung resensi sejarah yang luas dari kebudayaan Babylonia dan perkembangannya.

Bahasa tulisan Babylonia terdiri dari 600 hieroglyphs (tulisan gambar) yang berbeda. Mereka dapat bertahan dalam bentuk tulisan kuno berbentuk baji, yang ditulis di atas lempengan tanah liat, batu dan pilar. Prasasti tersebut tertulis pada batu atau lemping, dengan cara digores atau dipahat permukaannya.

Membutuhkan hampir 10 tahun pendidikan untuk mempelajari seluruh 600 hieroglyphs, dan sangat sedikit pakar Babylonia yang menguasainya.

Menara Babel
Pengunjung dapat mengamati perkembangan budaya Babylonia dengan mengamati struktur bangunan. Dengan sebuah dinding dalam ganda, sebuah tembok luar yang melingkari pinggiran sungai timur, dan sebuah benteng di bagian utara kota, menjadikan Babylonia sebagai kota yang sangat terlindung pada zaman itu.

Dengan begitu banyaknya bangunan yang berbeda tipe dan juga proyek-proyek konstruksi lainnya, para leluhur merasa itu seharusnya termasuk dalam salah satu keajaiban dunia.

Banyak bangunan yang di persembahkan untuk Marduk, dewa pelindung Babylonia. Meskipun pada awalnya dia dihormati sebagai dewa pelindung sebuah kota kecil, namun selanjutnya dia dipuja sebagai dewa yang tertinggi.

Banyak cerita dan seni yang dilakukan untuk memuja Marduk. Menara Babel juga dikenal dengan “Zikkurat of Etemenanki” adalah persembahan untuk Marduk.

Penggalian arkeologi 1913, untuk fondasi kuil memberi kepastian akan keberadaan menara ini. Peristiwa penting sejarah dalam Alkitab, juga dipresentasikan dalam pameran. Beberapa diantaranya ditunjang oleh bukti arkeologis sedang beberapa lainnya tidak.

Sebagai contoh catatan dalam Alkitab kisah menara Babel sampai kini tidak cukup mendukung, tetap ditemukan beberapa kebenaran.

Menara “Etemenaki” pada kenyataannya pernah ada. Memiliki ketinggian 92 meter dan diketahui pada saat itu adalah bangunan yang tinggi.

Juga menurut riset, pertama dapat dilacak naskah sistem penulisan bangsa Sumerian, yang berkembang 5000 tahun lalu. Bangsa Sumerian dipertimbangkan sebagai leluhur bangsa Babilonia.

Bangsa Babylonia korup dan mengalami kemerosotan moralitas
Bagian kedua pameran tersebut diberi judul “Mitos”. Di sini, bagian yang dilalui mengambil petikan dari Alkitab, para penyelenggara pameran memperlihatkan aneka ragam kepercayaan dan penafsiran pentingnya sejarah Babylonia melalui penyelamatkan seni dan budaya pada saat ini.

Referensi seperti “Babylonian Jumble of Voices,” “Harlot Babylon,” “Babylon’s Gomorrah”, dan lokasi wahyu diperkenalkan dan di bahas.

Karena pemahaman yang berkaitan dengan deskripsi Alkitab mengenai Babylonia seringkali dibandingkan dengan norma-norma masyarakat saat itu, maka dimana terdapat berbagai macam tafsiran pada masa itu.

Keturunan budak hitam di Jamaika dan anggota gerakan Rastafarian menemukan adanya persamaan antara perbudakan bangsa Babylonia dari orang Israel, sebagaimana yang dijelaskan dalam Alkitab, dengan pendeportasian leluhur bangsa Afrika ke Amerika. Pemakaian istilah “sistem Babylonia” adalah merujuk pada korupsi di orang Barat atau dunia kulit putih.

Konsep ini tersebar melalui musik reggae, dan pada masa “sistem Babylonia” ini, dapat dikonotasikan pada eksploitasi, penindasan, kemerosotan, materialisme, konsumerisme, pencarian sta-tus, korupsi, egoisme, kebodohan dan kebencian antar sesama manusia, sebagaimana halnya konsep rasis dan fasis.

Terdapat sembilan seksi pada bagian kedua pameran tersebut. Video dan karya seni klasik dihadirkan sebagai contoh moralitas dan penyelewengan, fiksi dan realitas, harapan dan kegelisahan, pemujaan dan pemberontakan.

Sebagai contoh menara Babel mewakili keangkuhan dan jalan kecil yang sarat dengan dukacita dan kesakitan. Masih pada waktu yang sama, juga ditampilkan pencarian terhadap pengetahuan, pencerahan, harapan dan keyakinan.

Dengan kata lain, simbolisme dari Menara tersebut adalah sebagai peringatan ketika berjalan sampai di jurang yang sangat dalam, seharusnya mendengarkan hati nurani, membatasi diri, dan mengangkat diri sendiri pada tingkat pencerahan yang lebih tinggi. Pameran Babylonia menunjukkan aspek mendalam pada pengalaman manusia.

Pelukis dan pemahat Inggris yang terkenal John Martin (1789 – 1854) melukiskan konsep tentang Babylonia sebagai tempat dimana seorang manusia menghadapi konflik dan kesangsian dalam dirinya, membawa pada keinginan untuk menyadari nafsunya versus pengakuan akan kebutuhan pengendalian diri.

Dalam pandangan ini, Babylonia memiliki hubungan yang mendalam untuk kita semua, ketika mempertimbangkan dari sebuah prespektif sejarah. Mengamati dengan bijaksana pada pameran yang luarbiasa ini, dapat mempelajari lebih lanjut kedalam paradok Babylonia untuk menemukan wawasan fundamental, tambahan pengetahuan dan kekuatan

http://i407.photobucket.com/albums/pp156/puskuning/MenaraEtemenaki.jpg
puskuning
17-12-08, 21:45
Babilon dan Sindrom Menara Babel

SEJARAWAN Mesir kuno, Herodotus, yang hidup sekitar tahun 450 SM, pernah mengatakan, "Keindahan Kota Babilon melampaui keindahan kota-kota tersohor di dunia." Ia mengatakan hal itu setelah melihat tembok kota yang dibangun Raja Nebuchadnezzar II yang berkuasa selama 43 tahun-sejak tahun 605 SM-begitu indah dan kokoh.

Nebuchadnezzar pula yang membangun Taman Gantung. Konon, menurut cerita, taman itu dibangun Nebuchadnezzar untuk menghibur istrinya, Amyitis, putri Raja Medes dari Media yang kangen pada kampung halamannya. Agar Amyitis betah tinggal di Babilon, maka dibangunlah taman itu yang kini tercatat sebagai salah satu keajaiban dunia.

Perkimpoian Nebuchadnezzar dan Amyitis adalah perkimpoian politik. Tujuan utama Nebuchadnezzar adalah mempersatukan Kerajaan Babilonia dan Media.

Diodorus Siculus, sejarawan Yunani pada masa itu, menggambarkan hebatnya Taman Gantung bagi Amyitis. Menurut Diodorus, lebar taman itu 400 kaki (sekitar 130 meter), panjangnya 400 kaki, sedangkan tingginya lebih dari 80 kaki (sekitar 26 meter). Padahal, tembok Kota Babilon, menurut Herodotus, 320 kaki (sekitar 106 meter).

Cerita Taman Gantung Babilon adalah cerita cinta antara Nebuchadnezzar dan Amyitis. Kisah ini mirip cerita pembangunan Taj Mahal di Agra, India. Taj Mahal adalah bangunan cinta.

Salah satu bangunan yang disebut paling indah di dunia itu dibangun atas perintah Sultan Sjah Jahan (Sjahjahan). Adalah "cinta dan kesetiaan" pada istrinya, Arjumand Bano Begum yang juga dikenal dengan nama Begum Mumtaz Mahal (Mahkota Kerajaan), yang mendorong Sjah Jahan memerintahkan untuk membangun Taj Mahal.

Bangunan makam yang terbuat dari marmer putih itu dibangun pada tahun 1631-1653 dengan mengerahkan 22.000 pekerja serta puluhan arsitek, seniman, dan ahli bangunan dari berbagai negara, termasuk Italia dan Perancis. Batu marmer dikumpulkan dari seluruh India, seperti Makrana dan Rajasthan. Batu-batu khusus didatangkan dari Rusia, Cina, Afganistan, Persia, Asia Tengah, dan Yaman.

Kini, peninggalan Kerajaan Dinasti Neo-Babilonia itu masih dapat disaksikan di Babilon. Kompleks kota raja konon luasnya 21 kilometer persegi. Ekskavasi hingga kini terus dilakukan. Di antara yang sudah terlihat dan sudah direstorasi adalah Istana Nebuchadnezzar yang total luasnya 52.000 meter persegi. Selain itu, bangunan lain yang sudah direstorasi adalah Kuil Ishter, Kuil Nabu, dan Kuil Ninimakh serta Pintu Gerbang Ishtar (ini merupakan pintu gerbang yang menghadap ke utara).

CERITA tentang Babilon tidak bermula dari sini. Bertahun-tahun sebelumnya, ketika dunia "masih muda", cerita tentang Babilon sudah ada. Kota yang terletak sekitar 90 kilometer sebelah selatan Baghdad dan diapit dua sungai besar, Tigris dan Eufrat, itu memang kaya legenda, cerita, dan sejarah. Misalnya, cerita tentang Menara Babel.

Kisah Menara Babel yang melambangkan keangkuhan, kesombongan manusia, itu sudah disebut-sebut dalam Kitab Penciptaan, Kitab Suci Perjanjian Lama. Pembangunan menara itu diprakarsai oleh Nimrod, anak cucu Nabi Nuh di zaman Babilon kuno, jauh tahun sebelum zaman Nebuchadnezzar. Orangtua Nimrod adalah Cush, putra Ham.

Bahkan, demikian menurut cerita, Kota Babilon dan Ninive juga mula pertama dibangun oleh Nimrod. "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota, dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit. Marilah kita cari nama supaya kita jangan terserak ke seluruh Bumi," demikian antara lain bunyi ajakan Nimrod kepada orang-orangnya, seperti yang ditulis dalam Kitab Penciptaan.

Lambert Dolphin dalam The Tower of Babel and The Confusion of Languages berusaha mencari jawaban mengapa mereka membangun menara seperti itu. Untuk apa menara itu dibangun? Mencari kepuasan diri dan kemegahan diri. Itulah jawaban singkat Lambert Dolphin.

Pembangunan sebuah kota, seperti yang dilakukan Nimrod ketika itu, melambangkan dambaan manusia untuk terus berkumpul. Mereka, ketika itu, takut tercerai-berai dan hidup di tempat yang belum mereka kenal berhadapan dengan bahaya. Karena itu, didirikanlah sebuah kota-Babilon dan Ninive-sebagai pusat kegiatan, sebagai tempat untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Akan tetapi, ketika mereka membangun menara dengan mengatakan, "Marilah kita cari nama, marilah memegahkan diri", di saat itulah kemanusiaan manusia berkuasa. Menara dibangun untuk kebutuhan badan, jiwa, dan semangat. Bahkan, mereka ingin membangun menara yang mencapai langit. Kalau perlu dapat memanah Matahari dari puncak menara. Pendek kata, menara dibangun untuk pemuasan diri.

Inilah, yang menurut kisah, yang menjadi penyebab turunnya hukuman dari Tuhan sehingga mereka tercerai-berai dan tidak bisa memahami bahasa mereka satu sama lain.

Sindrom Menara Babel itu pula, yang menurut para sejarawan, merasuki Nebuchadnezzar II, yakni dengan membangun Taman Gantung dan Menara Babel di kompleks istananya. Ia membangun kompleks istana begitu megah, yang sekarang sisa-sisanya masih bisa dilihat, dan memerintah dengan tangan besi.

Babilon di zaman Nebuchadnezzar II, yang memerintah pada tahun 605-562 SM, mencapai masa keemasan.

SAAT pasukan gabungan pimpinan AS menggempur Irak sekarang ini, cerita Menara Babel itu muncul lagi. Apa yang dicari George W Bush? Apakah ia seperti Nimrod dan orang-orang yang mengatakan, "Marilah kita cari nama", saat hendak membangun Menara Babel?

Kalaupun Bush tidak mengatakan seperti itu, suka tidak suka, saat ini sindrom Menara Babel itu sudah merasuki dunia. Pembangunan Menara Babel dimaksudkan untuk menyeragamkan manusia zaman itu dalam satu budaya.

Saat ini pun demikian. Semua ada di bawah dominasi budaya, yakni budaya kapitalisme, satu hegemoni, yakni hegemoni komunikasi AS. AS yang merupakan satu-satunya adikuasa di dunia ini berusaha memaksakan kehendaknya dengan segala cara dan upaya, termasuk perang.

Ketika Divisi Infanteri Ke-3 AS bergerak dari Kuwait ke Baghdad beberapa hari lalu, banyak yang khawatir akan nasib situs sejarah yang sebenarnya dapat mengajak orang untuk selalu bercermin bahwa memegahkan diri, mencari nama untuk diri sendiri, adalah awal dari kehancuran.

Hingga kini, memang Babilon masih selamat. Tetapi, andaikan nanti Kota Babilon-kata Babilon berasal dari bahasa Akkadia dan berarti Pintu Tuhan-menjadi sasaran, maka semuanya hanya akan tinggal cerita: cerita tentang kebesaran Babilon.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar